Minggu, 27 November 2016

CIANJUR ANU KAMASHUR


Sejarah dan Misteri Nama Kota CianjurCianjur merupakan salah satu nama daerah yang ada di Jawa Barat. Daerah tersebut sangat terkenal karena memiliki produksi beras yang berkualitas tinggi dan melimpah. Cianjur juga dikenal masih memiliki udara dan lingkungan yang asri. Kata Cianjur sendiri merupakan kata yang diambil dari Bahasa Sunda yang memang merupakan bahasa khas dari provinsi Jawa Barat.
1
Dalam Bahasa Indonesia, Cianjur memiliki arti ‘banyak air’. Namun, berbeda dengan masyarakat yang hidup didaerah tersebut bahwa nama Cianjur ternyata memiliki kisah sejarah tersendiri. Lalu bagaimana kisah tersebut?
Pada jaman dahulu hiduplah seorang petani yang sukses dan kaya raya. Ia memiliki sawah dan perkebunan yang luas juga hasil panen yang selalu melimpah. Untuk mengurus pertaniannya tersebut, ia memburuhkannya kepada warga sekitar agar mengerjakan dan mengolah lahan yang ia miliki tersebut. Namun, sayangnya sang petani kaya memiliki sifat yang kikir. Meski memiliki harta yang melimpah, ia tidak sekalipun mau membantu orang lain yang mengalami kesusahan oleh sebab itu warga menyebutnya sebagai petani kikir.
Petani tersebut memiliki seorang putra yang bernama Tetep. Untung saja Tetep tidak mewarisi sifat kikir dari ayahnya. Ia adalah seorang pemuda yang sangat baik hati dan juga penolong. Ias sering membantu orang lain tanpa sepengetahuan ayahnya sebab ayahnya tersebut akan memarahinya.
Menurut kepercayaan warga setempat apabila saat musim panen tiba maka sebaiknya dilakukan acara syukuran sebagai tanda rasa bersyukur kepada Tuhan atas hasil panen yang didapatkan dan apabila tidak dilakukan maka hasil panen beikutnya akan gagal.
Mendengar hal tersebut petani kikir takut hal itu akan terjadi oleh sebaa itu dengan terpaksa petani kikir mengadakan acara syukuran dengan mengundang warga sekitar untuk makan bersama. Warga sangat senang mengetahui hal tersebut dan mengira bahwa petani kiki telah berubah menjadi seseorang yang murah hati dan para wargapun berbondong- bondong mendatangi rumah petani tersebut.
Sesampainya di rumah petani kikir, alangkah kecewanya warga sebab makanan yang dihidangkan ternyata sangatlah sedikit sehingga banyak warga yang tidak mendapatkan makanan. Selain itu makanan yang disajikan juga sangat sederhana jauh dari hasil panen yang dihasilkan oleh petani kikir tersebut. suatu ketika ada seorang nenek tua datang karena melihat sedang dilaksanakan acara.
Nenek tua tersebut telah melakukan perjalanan jauh dan merasa lapar lalu ia hendak meminta makanan kepada petani kikir. Namun bukannya makanan yang didapat, nenek tua tersebut malah mendapat caci maki dari petani kikir dan mengusirnya. Melihat hal tersebut Tetep merasa sangat iba pada nenek tua dan memberikan jatah makannya. Nenek tua itupun sangat sedih namun ia terharu pada tingkah laku putra petani tersebut. Nenek tua melanjutkan kembali perjanalannya hingga tiba diatas bukit dna melihat rumah petani kikir yang megah dari kejauhan.
Ia pun meminta doa kepada yang maha kuasa agar petani kikir tersebut mendapatkan pelajaran. Ia pun menancapkan tongkat kayu kedalam tanah dan dari tanah tersebut mengalirlah air yang lama- lama semakin deras dan mulai menggenangi desa tempat petani kikir tersebut berada. Para warga dan Tetep melarikan diri agar tidak tenggelam namun petani kikir tersebut justru masuk ke dalam rumah untuk menyelamatkan harta bendanya. Desa merekapun tenggelam dan para warga harus berpindah tempat tinggal. Sedangkan petani kiki tewas tenggelam bersama dengan harta yang ia sayangi.
Sesampainya disuatu daerah yang baru, para warga bangkit membangun desa tempat ia tinggal dan Tetep diangkat menjadi kepala desa. Para warga sangat senang dan mematuhi semua anjuran Tetep. Tetep selalu memberi nasihat dan pelajaran bagaimana cara bertani dari pengalaman ayahnya. Desa baru merekapun maju dan sejahtera. Keran Tetep sang kepala desa sering memberikan anjuran maka para warga menamakan desa tersebut sebagai desa Anjuran yang kemudian lama-lama tersebut sebagai desa Cianjur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar